Modul ini membahas subnetting dan pengaturan IP pada jaringan lokal. Tujuannya adalah memahami format alamat IP versi 4, subnetting classful dan classless, serta mengkonfigurasi IP pada jaringan lokal. Subnetting dilakukan untuk mengurangi lalu lintas jaringan, meningkatkan kinerja, dan menghemat alamat IP. CIDR dan VLSM merupakan metode subnetting classless yang memberikan fleksibilitas dalam pembagian alamat IP.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan komputer dan subnetting. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa setiap host dalam jaringan membutuhkan alamat IP dan subnet mask untuk mengidentifikasi network dan host ID-nya. Dokumen juga menjelaskan konsep subnetting untuk membagi jaringan besar menjadi subnet-subnet kecil guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi lalu lintas jaringan. Cara menghitung subnetting dengan menggunakan notasi C
Dokumen tersebut membahas tentang subnetting dan pengalokasian IP address. Secara singkat, subnetting melibatkan pembagian alamat IP kelas A, B, atau C menjadi subnet lebih kecil untuk tujuan manajemen jaringan dan pembagian sumber daya. Proses ini melibatkan penentuan subnet mask, jumlah host dan alamat broadcast.
Dokumen tersebut membahas tentang subnetting, yaitu proses membagi satu alamat IP menjadi beberapa subnet untuk memperbanyak jumlah network ID. Dibahas pula cara menentukan subnet mask, contoh pembagian subnet, dan alternatif penyelesaian subnetting."
Dokumen menjelaskan tentang subnetting pada alamat IP kelas C dengan mengorbankan sebagian bit host ID untuk membuat network ID tambahan, termasuk cara menghitung jumlah subnet, netmask, dan range alamat setiap subnet.
1. Dokumen menjelaskan tentang subnetting pada IP address. Teknik ini digunakan untuk membagi network ID menjadi beberapa subnet guna memperbanyak jumlah alamat IP yang tersedia.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan komputer dan subnetting. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa setiap host dalam jaringan membutuhkan alamat IP dan subnet mask untuk mengidentifikasi network dan host ID-nya. Dokumen juga menjelaskan konsep subnetting untuk membagi jaringan besar menjadi subnet-subnet kecil guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi lalu lintas jaringan. Cara menghitung subnetting dengan menggunakan notasi C
Dokumen tersebut membahas tentang subnetting dan pengalokasian IP address. Secara singkat, subnetting melibatkan pembagian alamat IP kelas A, B, atau C menjadi subnet lebih kecil untuk tujuan manajemen jaringan dan pembagian sumber daya. Proses ini melibatkan penentuan subnet mask, jumlah host dan alamat broadcast.
Dokumen tersebut membahas tentang subnetting, yaitu proses membagi satu alamat IP menjadi beberapa subnet untuk memperbanyak jumlah network ID. Dibahas pula cara menentukan subnet mask, contoh pembagian subnet, dan alternatif penyelesaian subnetting."
Dokumen menjelaskan tentang subnetting pada alamat IP kelas C dengan mengorbankan sebagian bit host ID untuk membuat network ID tambahan, termasuk cara menghitung jumlah subnet, netmask, dan range alamat setiap subnet.
1. Dokumen menjelaskan tentang subnetting pada IP address. Teknik ini digunakan untuk membagi network ID menjadi beberapa subnet guna memperbanyak jumlah alamat IP yang tersedia.
Universitas Komputer Indonesia - Sistem Komputer (S1)
Tugas Jaringan Komputer
Kelompok 5
Feni Melati (10216039)
Futry Diviana Agnia (10216045)
Deni Himawan (10216042)
M Aditya Fathur R (10216044)
Rizal Yonansyah (10216050)
Tiga poin utama dokumen ini adalah:
1. Membahas subnetting dan supernetting untuk mengelompokkan alamat IP dan menghemat penggunaan alamat.
2. Menghitung subnet dan host dengan menggunakan operasi bitwise dan netmask.
3. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) memperkenalkan sistem blok alamat fleksibel untuk mengalokasikan ruang alamat secara lebih efisien.
Dokumen tersebut menjelaskan cara melakukan subnetting pada alamat IP kelas C dan kelas B dengan mengorbankan bit tertentu pada host ID untuk membentuk ID jaringan baru. Metode ini digunakan untuk membagi jaringan menjadi beberapa subnet. Contoh yang diberikan mendemonstrasikan proses konversi antara sistem biner dan desimal selama penentuan rentang alamat dan mask subnet.
Subnetting dan sistem pengalamatan jaringan taufiknurhuda
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Sistem pengalamatan pada jaringan TCP/IP dan metode pengalamatannya.
2. Kelas IP address dan pembagiannya.
3. Penghitungan subnetting untuk mendapatkan jumlah subnet, host per subnet, dan host valid.
IP Address, Subnetting, Routing Makalah jarkombalahong
Dokumen tersebut membahas tentang IP address, format penulisan IP address, pembagian kelas IP address, address khusus, aturan pemilihan network ID dan host ID, subnetting, dan router. Secara ringkas, IP address digunakan untuk mengidentifikasi setiap perangkat di internet dan terdiri dari empat oktet yang dipisahkan titik. Ada lima kelas IP address yang berbeda berdasarkan jumlah bit untuk network ID dan host ID.
Dokumen tersebut membahas tentang subnet mask dan subnetting. Subnet mask digunakan untuk membedakan bagian jaringan dan host dari suatu alamat IP, sedangkan subnetting digunakan untuk membagi ruang alamat IP menjadi subruang alamat yang lebih kecil. Teknik subnetting memungkinkan pembagian jaringan kelas A atau B menjadi segmen-segmen lebih kecil dengan jumlah host yang lebih fleksibel.
Studi Kasus Variable Length Subnetmask (VLSM)I Putu Hariyadi
Dokumen ini memberikan contoh studi kasus penerapan Variable Length Subnet Mask (VLSM) untuk mendapatkan alokasi alamat IP sesuai dengan kebutuhan jaringan. Alamat network 192.168.169.0/24 disubnet menggunakan VLSM untuk memenuhi kebutuhan 16, 11, 6, dan 2 host, serta menyisakan 5 subnet.
Dokumen tersebut membahas tentang IP address dan subnet address. Beberapa poin penting yang disinggung antara lain penjelasan tentang IP address untuk mengidentifikasi setiap terminal di jaringan TCP/IP, konversi antara sistem biner, desimal, dan heksadesimal untuk mewakili alamat IP, serta penjelasan mengenai subnetting untuk membagi jaringan menjadi beberapa subnetwork guna meningkatkan efisiensi pengelolaan jaringan.
Pembahasan Solusi Subnetting Lab 17.8.1 Packet Tracer - Design and Build a Sm...I Putu Hariyadi
Dokumen ini memberikan solusi untuk membangun jaringan kecil fisik dengan dua segmen yang terhubung oleh satu router. Jaringan ini menggunakan skema pengalamatan IPv4 dengan subnetting untuk membagi jaringan menjadi dua subnet yang masing-masing dialokasikan untuk setiap segmen. Dokumen ini juga menjelaskan konektivitas antar perangkat dan alokasi alamat IP untuk setiap perangkat berdasarkan skema subnetting yang dihitung.
This document provides information about an Object Oriented Programming course, including its objectives, schedule, references, and an introduction to OOP. The course aims to help students understand OOP design principles and be able to design, develop, and implement OOP software systems. It will cover topics like inheritance, polymorphism, Java packages and networking over several weeks. Students are provided reading assignments from listed references to prepare for lectures.
Modul ini memperkenalkan software simulasi jaringan Packet Tracer untuk mendemonstrasikan konfigurasi jaringan peer-to-peer sederhana dan jaringan multi-user. Packet Tracer dapat digunakan untuk mensimulasikan berbagai protokol jaringan secara real-time atau simulasi. Contohnya, modul ini menunjukkan cara membuat dan menguji konektivitas jaringan peer-to-peer dengan menggunakan perintah ping. Juga ditunjukkan cara menghubungkan
Universitas Komputer Indonesia - Sistem Komputer (S1)
Tugas Jaringan Komputer
Kelompok 5
Feni Melati (10216039)
Futry Diviana Agnia (10216045)
Deni Himawan (10216042)
M Aditya Fathur R (10216044)
Rizal Yonansyah (10216050)
Tiga poin utama dokumen ini adalah:
1. Membahas subnetting dan supernetting untuk mengelompokkan alamat IP dan menghemat penggunaan alamat.
2. Menghitung subnet dan host dengan menggunakan operasi bitwise dan netmask.
3. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) memperkenalkan sistem blok alamat fleksibel untuk mengalokasikan ruang alamat secara lebih efisien.
Dokumen tersebut menjelaskan cara melakukan subnetting pada alamat IP kelas C dan kelas B dengan mengorbankan bit tertentu pada host ID untuk membentuk ID jaringan baru. Metode ini digunakan untuk membagi jaringan menjadi beberapa subnet. Contoh yang diberikan mendemonstrasikan proses konversi antara sistem biner dan desimal selama penentuan rentang alamat dan mask subnet.
Subnetting dan sistem pengalamatan jaringan taufiknurhuda
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Sistem pengalamatan pada jaringan TCP/IP dan metode pengalamatannya.
2. Kelas IP address dan pembagiannya.
3. Penghitungan subnetting untuk mendapatkan jumlah subnet, host per subnet, dan host valid.
IP Address, Subnetting, Routing Makalah jarkombalahong
Dokumen tersebut membahas tentang IP address, format penulisan IP address, pembagian kelas IP address, address khusus, aturan pemilihan network ID dan host ID, subnetting, dan router. Secara ringkas, IP address digunakan untuk mengidentifikasi setiap perangkat di internet dan terdiri dari empat oktet yang dipisahkan titik. Ada lima kelas IP address yang berbeda berdasarkan jumlah bit untuk network ID dan host ID.
Dokumen tersebut membahas tentang subnet mask dan subnetting. Subnet mask digunakan untuk membedakan bagian jaringan dan host dari suatu alamat IP, sedangkan subnetting digunakan untuk membagi ruang alamat IP menjadi subruang alamat yang lebih kecil. Teknik subnetting memungkinkan pembagian jaringan kelas A atau B menjadi segmen-segmen lebih kecil dengan jumlah host yang lebih fleksibel.
Studi Kasus Variable Length Subnetmask (VLSM)I Putu Hariyadi
Dokumen ini memberikan contoh studi kasus penerapan Variable Length Subnet Mask (VLSM) untuk mendapatkan alokasi alamat IP sesuai dengan kebutuhan jaringan. Alamat network 192.168.169.0/24 disubnet menggunakan VLSM untuk memenuhi kebutuhan 16, 11, 6, dan 2 host, serta menyisakan 5 subnet.
Dokumen tersebut membahas tentang IP address dan subnet address. Beberapa poin penting yang disinggung antara lain penjelasan tentang IP address untuk mengidentifikasi setiap terminal di jaringan TCP/IP, konversi antara sistem biner, desimal, dan heksadesimal untuk mewakili alamat IP, serta penjelasan mengenai subnetting untuk membagi jaringan menjadi beberapa subnetwork guna meningkatkan efisiensi pengelolaan jaringan.
Pembahasan Solusi Subnetting Lab 17.8.1 Packet Tracer - Design and Build a Sm...I Putu Hariyadi
Dokumen ini memberikan solusi untuk membangun jaringan kecil fisik dengan dua segmen yang terhubung oleh satu router. Jaringan ini menggunakan skema pengalamatan IPv4 dengan subnetting untuk membagi jaringan menjadi dua subnet yang masing-masing dialokasikan untuk setiap segmen. Dokumen ini juga menjelaskan konektivitas antar perangkat dan alokasi alamat IP untuk setiap perangkat berdasarkan skema subnetting yang dihitung.
This document provides information about an Object Oriented Programming course, including its objectives, schedule, references, and an introduction to OOP. The course aims to help students understand OOP design principles and be able to design, develop, and implement OOP software systems. It will cover topics like inheritance, polymorphism, Java packages and networking over several weeks. Students are provided reading assignments from listed references to prepare for lectures.
Modul ini memperkenalkan software simulasi jaringan Packet Tracer untuk mendemonstrasikan konfigurasi jaringan peer-to-peer sederhana dan jaringan multi-user. Packet Tracer dapat digunakan untuk mensimulasikan berbagai protokol jaringan secara real-time atau simulasi. Contohnya, modul ini menunjukkan cara membuat dan menguji konektivitas jaringan peer-to-peer dengan menggunakan perintah ping. Juga ditunjukkan cara menghubungkan
Buku panduan ini memberikan penjelasan tentang dasar-dasar komputer mulai dari komponen hardware, software, merakit komputer pribadi, instalasi sistem operasi Windows, Visual Basic, dan pengenalan jaringan komputer lokal."
Modul ini memperkenalkan software simulasi jaringan Packet Tracer untuk mensimulasikan berbagai protokol jaringan secara real-time maupun simulasi. Modul ini mendemonstrasikan cara membuat jaringan peer-to-peer sederhana menggunakan Packet Tracer dengan menghubungkan dua PC melalui kabel cross serta melakukan ping antar-PC, serta cara membuat simulasi jaringan gabungan antar-PC menggunakan fitur multi-user pada Packet Tracer.
Perusahaan swasta membutuhkan desain IP address untuk 5 divisinya dengan jumlah user berbeda menggunakan metode VLSM dari alamat IP 192.168.1.0/24.
[/ringkasan]
Dokumen membahas tentang subnetting dan konfigurasi jaringan IP, termasuk konsep subnet mask, subnet ID, jumlah host per subnet, dan contoh kasus penerapan subnetting.
Teks tersebut menjelaskan konsep subnetting dan cara melakukan penghitungan subnetting untuk alamat IP kelas A, B, dan C. Subnetting dilakukan untuk membagi jaringan besar menjadi beberapa subnet guna mempermudah pengelolaan dan meningkatkan efisiensi."
Dokumen tersebut membahas tentang IP privat dan IP publik, serta perbedaan antara keduanya. IP privat digunakan untuk jaringan lokal seperti di rumah atau kantor, sedangkan IP publik digunakan untuk mengidentifikasi perangkat di internet publik."
Dokumen tersebut membahas tentang subnetting pada IP kelas C, termasuk penjelasan tentang subnetting, perhitungan jumlah subnet dan host, contoh penerapan subnetting pada IP kelas C, dan soal latihan terkait subnetting.
Dokumen tersebut membahas tentang subnet mask dan subnetting. Subnet mask digunakan untuk membedakan bagian jaringan dan host dari suatu alamat IP, sedangkan subnetting digunakan untuk membagi ruang alamat IP menjadi subruang alamat yang lebih kecil. Teknik subnetting memungkinkan pembagian jaringan kelas A atau B menjadi segmen-segmen lebih kecil dengan jumlah host yang lebih fleksibel.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik dan tata cara pengalamatan jaringan komputer berbasis CIDR untuk tujuan manajemen pengalamatan jaringan IP version 4 secara sistematis dan terstruktur, meliputi parameter pengalamatan seperti jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, serta tabel alamat host dan broadcast.
Dokumen tersebut membahas tentang alamat IP dan subnetting. Secara ringkas:
1. Alamat IP terdiri dari network ID dan host ID yang membedakan masing-masing komputer dalam jaringan.
2. Teknik subnetting memperbanyak jumlah subnet dengan meminjam bagian host untuk dijadikan bagian network.
3. Proses subnetting melibatkan penentuan jumlah subnet, host per subnet, dan blok alamat subnet.
Dokumen tersebut membahas tentang IP address dan subnetting. IP address terdiri dari network ID dan host ID yang membedakan alamat antar peralatan jaringan. IP address dibagi menjadi kelas A, B, C yang berbeda jumlah bit untuk network dan host ID. Subnetting digunakan untuk membagi satu network menjadi beberapa subnet dengan cara mengalokasikan sebagian bit host ID untuk network ID tambahan. Diberikan contoh penyelesaian subnetting untuk berbagai kasus kelas IP address.
Dokumen tersebut membahas tentang topologi jaringan, alamat IP, dan teknik subnetting secara cepat untuk kelas C. Secara ringkas, dibahas tentang struktur jaringan yang ada, pengalokasian dan pengelolaan alamat IP, serta cara menghitung subnet baru dengan mengorbankan bit host ID untuk memperbanyak network ID menggunakan netmask.
Dokumen tersebut membahas konsep subnet dan routing. Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit menggunakan subnet mask. Routing digunakan untuk menghubungkan dua jaringan dengan ID yang berbeda dengan menggunakan router. Terdapat dua jenis routing, yaitu statis dan dinamik.
Dokumen tersebut membahas konsep subnet dan routing. Secara singkat, subnetting merupakan proses memecah IP address menjadi subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit menggunakan subnet mask. Routing menghubungkan dua jaringan yang berbeda menggunakan router, dan terdapat routing statis dan dinamis.
The cisco networking academy net riders indonesia 2010 competitionteknik komputer ui
This document outlines the terms and conditions for the Cisco Networking Academy NetRiders Indonesia 2010 Competition. The competition will take place from September 1, 2010 to October 20, 2010 and is sponsored by Cisco Systems International B.V. The competition consists of a registration period, practice test period, and two rounds. Round one will be a qualifying exam taken on October 7, 2010. The top two scoring contestants from each academy will advance to round two on October 20, 2010. Round two will determine the top three scoring contestants who will represent Indonesia in the international competition on October 28, 2010.
Rencana Proyek Divisi Komputer EXERCISE 2010 membahas dua rencana proyek yaitu pembuatan animasi 3D untuk diikutsertakan dalam berbagai lomba dan pembuatan aplikasi Augmented Reality dengan menggunakan teknologi ARToolkit atau Android. Proyek-proyek ini diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2011.
This document describes troubleshooting three network connectivity problems at OCP Enterprises. Problem 1 was that PC1 could not reach PC4, which was caused by R2 missing a route to network 1 in its routing table. Problem 2, that PC1 could not reach devices on network 3, was also due to this missing route. Problem 3, that only PC1 and PC3 but not PC2 could reach network 3, was found to be due to PC2 having an incorrect default gateway and IP address configuration.
The document contains a Cisco CCNA Security practice exam with 20 multiple choice questions about implementing Cisco IOS network security. The questions cover topics such as security goals, threats, vulnerabilities, encryption, firewalls, and router hardening. The answer key is provided on the last page.
The document is an academic guidebook for the International Undergraduate Program at the Faculty of Engineering, University of Indonesia for 2008-2011 that provides information on the general academic system and regulations, departments and study programs, syllabus of subjects, email lists, and maps of the FTUI campus. It introduces the history and background of the University of Indonesia and FTUI and describes the double degree programs available with Australian universities.
The document discusses the role and functions of the data link layer in networking. It describes how the data link layer prepares data for transmission by encapsulating packets into frames. It also describes different media access control methods for shared and non-shared media, including full and half duplex. Common logical network topologies like point-to-point, multi-access, and ring are also covered, along with how they determine the appropriate media access control method. Key concepts like frame structure, addressing, and error checking are also summarized.
The document discusses IPv4 network fundamentals including:
1) The structure of IPv4 addressing and how to convert between binary and decimal.
2) The different types of IPv4 addresses and how they are used.
3) How addresses are assigned to networks by ISPs and administrators, including the role of subnet masks.
4) Calculating network portions, host addresses, and subnets given an IP address and subnet mask.
5) Using ping and traceroute to test network connectivity and verify IP protocol functionality.
The document discusses the network layer and Internet Protocol (IP). It describes the basic role of the network layer in data networks and the characteristics of IP, including being connectionless, unreliable, and media independent. It also covers hierarchical addressing, routing, and packet forwarding between networks and subnetworks using routers and routing tables. Key concepts covered include IP header fields, grouping devices into logical subnetworks, and the use of routes, next hop addresses, and gateways to transport packets across networks.
This document discusses the Transport layer and protocols TCP and UDP. It explains that the Transport layer supports reliable communication across networks by implementing protocols that handle segmentation, reassembly, and reliability. TCP provides reliable, ordered delivery using sequence numbers, acknowledgements, and retransmissions to handle lost data. UDP is simpler and does not guarantee delivery, making it better for streaming media. Port numbers are used to direct segments to the proper application process on servers or clients.
The document discusses application layer functionality and protocols. It defines the application layer as the source and destination of data across networks. It explains how applications, services, and protocols allow the conversion of communication to network-transferable data. Specifically, it describes several commonly used TCP/IP application layer protocols like HTTP, DNS, SMTP, and their roles in supporting functions such as web pages, email, and file sharing.
The document discusses key concepts in network fundamentals including:
- The structure of networks including devices, media, protocols, and layered models like TCP/IP and OSI.
- How messages are communicated across networks in segments using hardware, software, end devices, and intermediary devices.
- The roles of protocols in allowing different devices to communicate successfully in a standardized way.
- How layered models and encapsulation allow messages to be broken into packets and routed between sources and destinations.
This document provides an overview of data networking fundamentals and how networks impact daily life. It describes how networks allow for instant communication, sharing, collaboration and connectivity that improves how we work, learn and play. The key components of networks are identified as devices, medium, messages and rules. Converged networks can carry voice, video and data over the same network. Network architecture aims to provide fault tolerance, scalability, quality of service and security. Packet switching, hierarchical structures and common standards help networks scale. Quality of service ensures priority for time-sensitive traffic through mechanisms like traffic shaping. Security measures include authentication, encryption, signatures, firewalls and redundancy. The document instructs the reader to install and use IRC clients and a
This document discusses configuring and testing a network. It covers defining the role of the Internetwork Operating System (IOS) and using Cisco CLI commands to perform basic router and switch configuration and verification. It also discusses selecting, applying, and verifying appropriate addressing parameters for a host, using common utilities to verify network connectivity between hosts, and using utilities to establish a baseline for network performance.
This document discusses Java documentation and language elements. It covers the purpose of documentation, guidelines for documenting classes, and generating API documentation using javadoc tags. It also describes Java keywords, identifiers, braces/semicolons/whitespace usage. Additionally, it outlines Java data types including primitives and references, and defines elements like classes, methods, and constructors. Finally, it discusses object creation in five steps and concepts like mutability, garbage collection, and finalizers.
The document discusses a lecture on object-oriented programming principles given by Dr. Kalamullah Ramli, where he defines objects as combining properties and behaviors through encapsulation, explains how objects interact through passing messages to each other's methods, and outlines some of the key benefits of object-oriented programming such as code reuse and easier maintenance.
This document provides an introduction to object-oriented programming concepts including the differences between procedural and OOP languages, basic Java terminology like classes, objects, attributes, methods, and encapsulation. It discusses what objects are, how to identify, define, create and operate on objects. It also covers object relationships like association, inheritance and mutability. Finally, it discusses modeling languages/symbols like UML, class definition, creating objects, object methods, and the Java System class.
This document discusses requirement engineering and contains a presentation by Prof. Dr.-Ing. Kalamullah Ramli on the topic. Some key points discussed include:
1) Requirement analysis is important to understand user needs and limit costs, but users may not clearly articulate their wants and the requirements can change over time.
2) Poor requirement analysis can lead to system failures and wasted design costs even if the system is not a complete failure.
3) Gathering requirements involves methods like interviews, observations, questionnaires and document analysis to understand user contexts and needs.
4) Requirements specification documentation structures user needs, system functions and constraints in a clear manner for designers.
This document discusses various object operations, data types, operators, and control structures in Java including arithmetic, comparison, conditional, and bitwise operators; casting and conversions; strings and string buffers; if/else, switch, and loop statements; and the java.lang.System class. It provides details on how these various elements work and examples of their usage in Java programs. In particular, it covers topics like operator precedence, associativity, conditional logic, looping, breaking and continuing flow, and string manipulation.
This document provides an overview of Chapter 3 from the textbook "IT Essentials: PC Hardware and Software v4.0". The chapter covers the assembly of computer components including installing the power supply, motherboard, drives, adapter cards, cables, and booting the computer for the first time. It describes the objectives and contents of the chapter, including labs and virtual desktop activities for students.
1. MODUL 3
SUBNETTING & PENGATURAN IP PADA LOKAL AREA
NETWORK
TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Memahami Format IP Addressing versi 4 beserta pembagian kelasnya.
2. Memahami Subnetting Classfull & Classless secara CIDR / VLSM.
3. Dapat mengkonfigurasi IP pada jaringan Local Area Network.
PENDAHULUAN
Untuk berkomunikasi dengan host lain didalam suatu jaringan, sebuah host harus
mempunyai IP (Internet Protocol) address. Pada praktikum ini, IP yang digunakan
adalah IPv4 yang memiliki panjang 32 bit (4 byte).
IP address sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian network address dan
node/host address. IPv4 terdiri dari 5 class, yaitu A, B, C, D dan E. Kelas D
digunakan untuk multicasting, sedangkan kelas E untuk riset.
Gambar Contoh Penggunaan IP Address
1
2. Berikut adalah alokasi bit untuk alamat IPv4 :
Kelas A :
Kelas B :
Kelas C :
Berikut adalah IP Address Range untuk masing-masing kelas :
2
3. Subnetting :
Mengapa dilakukan subnetting ?
1. Untuk mengurangi lalu lintas jaringan (mengurangi broadcast storm/
memperkecil broadcast domain)
2. Mengoptimalisasi unjuk kerja jaringan
3. Pengelolaan yang disederhanakan (memudahkan pengelolaan,
mengidentifikasikan permasalahan)
4. Penghematan alamat IP
Pada dasarnya subnetting adalah mengambil bit-bit dari bagian host sebuah alamat
IP danme-reserve atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet.
Konsekuensinya adalah semakin sedikit jumlah bit untuk host. Jadi semakin banyak
jumkah subnet, semakin sedikit jumlah bit yang tersedia untuk mendefinisikan host
bit.
Contoh Subneting
Misalkan tersedia network address 192.168.1.0 / 24 → “ berarti kelas C ”. (Lihat
tabel di atas) Misal kita membutuhkan 6 kelompok jaringan/network, maka yang kita
lakukan adalah membagi alamat tersebut menjadi 6 subnet. Maka rumus yang
digunakan adalah 2^n >= jumlah subnet. Variabel n menunjukkan jumlah bit yang
dipinjam dari bit-bit host untuk dijadikan bit subnet.
Perhitungan:
2^n >= 6 => 2^3 >= 6 ,sehingga n = 3
Perhitungan dengan metode binary :
- subnet mask default (dlm biner) : 11111111.11111111.11111111.00000000
- tambahkan 3 bit 1 di ruas paling belakang :
11111111.11111111.11111111.11100000
- konversi subnet tsb ke desimal : 255.255.255. 224
(Berarti subnet mask addressnya adalah 255.255.255.224 untuk mendapatkan 6
subnet)
Sekarang untuk mengetahui jumlah IP yang dapat dipakai untuk tiap host di tiap
subnet, lakukan operasi berikut :
256 jumlah rentang dari 0 – 255
224 - nilai ruas terakhir dari subnet yang baru
32 digunakan sebagai range buat subnetnya
Hasil 32 menunjukkan IP yang dapat dipakai untuk tiap subnet mask yang baru.
Berikut ini adalah daftar semua subnet untuk subnet mask class C 255.255.255 224
:
3
4. Subnet ke 0 : 192.168.1.0 – 192.168. 1. 31
Subnet ke 1 : 192.168.1.32 - 192.168.1. 63
Subnet ke 2 : 192.168.1.64 - 192.168.1. 95
Subnet ke 3 : 192.168.1.96 - 192.168.1.127
……………….
Subnet ke 7 : 192.168.1.224 – 192.168.1.255
Contoh menghitung broadcast address
Coba hitung broadcast address dan network address untuk IP 192.168.1.4 /29
Jawab : /29 berarti netmask = 255.255.255.248
IP Adress : 192.168.1.4 11000000.10101000.00000001.00000100
netmask : 255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111000
Network Addr: 192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000
(AND)
Broadcast Addr: 192.168.1.7 11000000.10101000.00000001.00000111
(invers)
CIDR ( Classless Interdomain Domain Routing)
Perhitungan subnetting pada CIDR merupakan perhitungan lanjutan mengenai IP
Addressing dengan menggunakan metode VLSM ( Variable Length Subnet Mask ),
namun sebelum membahas VLSM perlu direview terlebih dahulu subnetting
menggunakan CIDR.
Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP
Address yang dinamakan supernetting atau classless inter domain routing (CIDR),
metode ini menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai
network prefix, panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang
digunakan sebagai Network ID, metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan
pada semua kelas IP Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif.
Menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan pembagian IP address yang tidak
berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.
Sebelum kita melakukan perhitungan IP address menggunakan metode CIDR
berikut ini adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan :
Subnet Mask CIDR Subnet Mask CIDR
255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20
255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21
255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22
255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23
255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24
255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25
255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26
255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27
255.255.128.0 /17 255.255.255.240 /28
255.255.192.0 /18 255.255.255.248 /29
255.255.224.0 /19 255.255.255.252 /30
4
5. Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet mask
dimana :
- untuk IP Address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat
terakhir karena pada IP Address kelas C subnet mask default-nya adalah
255.255.255.0
- untuk IP Address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 2
oktat terakhir karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya
adalah 255.255.0.0
- untuk IP Address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3
oktat terakhir karena IP Address kelas A subnet mask default-nya adalah
255.0.0.0
VLSM ( Variable Length Subnet Mask )
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda
dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika
menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask
saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok,
pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address
yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan
IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan
koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya
mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi
kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi
kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh
lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi
pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet
hanya memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat
berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat
memenuhi persyaratan ; routing protocol yang digunakan harus mampu membawa
informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol :
RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP
1-2), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung
metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi. Tahapan
perihitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan
CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM, sebagai contoh :
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka
5
6. Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst … sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil
perhitungan subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini
kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak
menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24, dst..sampai ke 16
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun
oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari
32
- sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27, dst
IPv6 Addresses (TAMBAHAN)
IPv6 adalah format IP dengan panjang 128 bit dan umumnya ditulis sebagai 8
bilangan 16 bit hexadecimal.Memiliki jumlah alamat IP = 2128 (sekitar 3.4x 1038).
Bandingkan dengan IPv4 dengan format hanya 32 bit yang berarti memiliki jumlah IP
= 232 (sekitar 4.3x109).
Format penulisannya adalah dengan hexadecimal yang masing-masing 16 bit
dengan dipisahkan dengan tanda titik dua (:) Representasi alamat pada IPv6 ada
beberapa macam
- Model x: x: x: x: x: x: x: x
X adalah nilai berupa hexadecimal 16 bit dari porsi alamat. Karena terdapat 8 buah
‘x’,
jumlah total = 816 = 128 bit.
Contohnya : FEDC:BA98:7654:3210:FEDC:BA98:7654:3210
-Jika format pengalamatan IP mengandung kumpulan group 16 bit bernilai ‘0’, maka
direpresentasikan dengan “::”.
Contohnya : 3FFE:0:0:0:0:0:FE56:3210 dapat direpresentasikan menjadi
6
7. 3FFE::FE56:3210
-Model x: x: x: x: x: d: d: d
d adalah alamat IPv4 32 bit. Contohnya : 0:0:0:0:FFFF:13.1.68.3
direpresentasikan menjadi ::FFFF:13.1.68.3
7