Batuan beku terbentuk dari kristalisasi magma baik secara parsial maupun keseluruhan di kerak bumi. Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisinya. Terdapat dua jenis struktur utama yaitu ekstrusif yang terbentuk di permukaan dan intrusif di bawah permukaan.
Batuan beku atau igneus terbentuk dari pendinginan dan pembekuan magma, baik di bawah permukaan (intrusif) atau di atas permukaan (ekstrusif). Jenis batuan igneus intrusif meliputi granit dan granodiorit yang terbentuk dari kristalisasi lambat di bawah tekanan, sedangkan ekstrusif seperti andesit dan basalt terbentuk dari lava atau piroklastik. Sebagian besar gunung api aktif terletak di sepanjang pertem
Batuan piroklastik terbentuk dari material vulkanik yang dilemparkan dari gunung api dan terendapkan di darat atau air. Terdapat tiga jenis endapan piroklastik: jatuhan, aliran, dan surge. Endapan aliran terbentuk dari aliran material panas yang bergerak cepat mengikuti gravitasi dan topografi, mengisi lembah dan cekungan. Endapan aliran umumnya tidak terpilah dengan baik dan menampakkan lapisan kasar.
Siklus batuan adalah proses dimana material bumi berubah bentuk akibat interaksi lempeng tektonik dan siklus hidrologi. Terdapat tiga jenis batuan: beku, sedimen, dan metamorf. Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma di permukaan atau dalam bumi, sedangkan batuan sedimen dan metamorf terbentuk dari proses sedimentasi dan metamorfisme.
Batuan beku atau igneus terbentuk dari pendinginan dan pembekuan magma, baik di bawah permukaan (intrusif) atau di atas permukaan (ekstrusif). Jenis batuan igneus intrusif meliputi granit dan granodiorit yang terbentuk dari kristalisasi lambat di bawah tekanan, sedangkan ekstrusif seperti andesit dan basalt terbentuk dari lava atau piroklastik. Sebagian besar gunung api aktif terletak di sepanjang pertem
Batuan piroklastik terbentuk dari material vulkanik yang dilemparkan dari gunung api dan terendapkan di darat atau air. Terdapat tiga jenis endapan piroklastik: jatuhan, aliran, dan surge. Endapan aliran terbentuk dari aliran material panas yang bergerak cepat mengikuti gravitasi dan topografi, mengisi lembah dan cekungan. Endapan aliran umumnya tidak terpilah dengan baik dan menampakkan lapisan kasar.
Siklus batuan adalah proses dimana material bumi berubah bentuk akibat interaksi lempeng tektonik dan siklus hidrologi. Terdapat tiga jenis batuan: beku, sedimen, dan metamorf. Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma di permukaan atau dalam bumi, sedangkan batuan sedimen dan metamorf terbentuk dari proses sedimentasi dan metamorfisme.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis sejarah pembentukan dan perbedaan genesa batuan di daerah Kendalisada dan Bandungan, Kabupaten Semarang. Batuan di daerah tersebut berasal dari erupsi Gunung Ungaran purba puluhan ribu tahun lalu yang melontarkan material vulkanik ke daerah sekitarnya. Batuan di Kendalisada terbentuk dari erupsi kaldera jenis strato, sedangkan di Bandungan terbentuk dari endapan material piroklastik
Batuan sedimen terbentuk dari endapan materi hasil erosi atau pelarutan yang kemudian mengalami proses sementasi dan litifikasi. Terdapat tiga proses utama dalam pembentukannya, yaitu pemampatan, penyimenan, dan penghabluran semula. Batuan sedimen dikelompokkan berdasarkan lingkungan pembentukan, komposisi, dan prosesnya. Tekstur dan struktur memberikan informasi tentang proses pembentukan batuan sedimen.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari transformasi batuan sebelumnya akibat proses metamorfosis. Metamorfosis dibedakan menjadi metamorfosis regional dan lokal, dan struktur batuan metamorf meliputi foliasi dan non-foliasi. Batuan metamorf memiliki manfaat sebagai bahan bangunan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem magmatik yang terdiri dari magma cairan silikat yang dapat bergerak bebas pada suhu 900-1100°C di kerak bumi bagian dalam. Magma yang lebih ringan akan naik melalui rekahan di litosfer dan membeku di permukaan, membentuk mineral dan batuan. Komposisi magma dipengaruhi oleh komposisi batuan sumber dan modifikasi selama pembentukan. Magma membeku akibat kehilangan panas atau fase
Batuan sedimen terbentuk dari endapan sedimen yang mengalami proses kompaksi dan sementasi. Terdiri dari batuan klastik yang berasal dari erosi batuan lain, dan non-klastik yang berasal dari endapan kimiawi/biokimia. Memiliki ciri berlapis, mengandung fosil, dan terdiri dari fragmen butiran.
Laporan ini membahas tentang mineralogi dan petrologi di Yogyakarta. Batuan di Yogyakarta terdiri atas batuan beku seperti granit, batuan sedimen seperti batu pasir, dan batuan metamorf seperti milonit. Batuan-batuan tersebut terbentuk dari berbagai proses geologi dan memiliki beragam pemanfaatan.
Proses metamorfisme adalah perubahan batuan akibat tekanan dan panas yang tinggi. Hal ini mengakibatkan perubahan tekstur dan komposisi mineral batuan serta pembentukan batuan metamorf baru. Agen utama metamorfisme adalah panas, tekanan, dan larutan kimia. Proses ini dapat membentuk berbagai jenis batuan metamorf seperti batusabak, sekis, dan genes.
Alfonsus, Amelia, Florencia, dan Michael mendapatkan nilai XC yang bervariasi untuk mata pelajaran struktur dan macam-macam batuan. Batuan terbentuk dari proses pembekuan magma, sedimentasi, dan metamorfosa yang dipengaruhi tekanan dan suhu dalam kerak bumi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang batuan beku, termasuk definisi, proses pembentukan, dan klasifikasi batuan beku berdasarkan genetik dan komposisi kimia.
2. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, dan dapat diklasifikasi menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif berdasarkan tempat pembentukannya.
3. Klasifikasi lainny
Dokumen tersebut membahas tentang analisis sejarah pembentukan dan perbedaan genesa batuan di daerah Kendalisada dan Bandungan, Kabupaten Semarang. Batuan di daerah tersebut berasal dari erupsi Gunung Ungaran purba puluhan ribu tahun lalu yang melontarkan material vulkanik ke daerah sekitarnya. Batuan di Kendalisada terbentuk dari erupsi kaldera jenis strato, sedangkan di Bandungan terbentuk dari endapan material piroklastik
Batuan sedimen terbentuk dari endapan materi hasil erosi atau pelarutan yang kemudian mengalami proses sementasi dan litifikasi. Terdapat tiga proses utama dalam pembentukannya, yaitu pemampatan, penyimenan, dan penghabluran semula. Batuan sedimen dikelompokkan berdasarkan lingkungan pembentukan, komposisi, dan prosesnya. Tekstur dan struktur memberikan informasi tentang proses pembentukan batuan sedimen.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari transformasi batuan sebelumnya akibat proses metamorfosis. Metamorfosis dibedakan menjadi metamorfosis regional dan lokal, dan struktur batuan metamorf meliputi foliasi dan non-foliasi. Batuan metamorf memiliki manfaat sebagai bahan bangunan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem magmatik yang terdiri dari magma cairan silikat yang dapat bergerak bebas pada suhu 900-1100°C di kerak bumi bagian dalam. Magma yang lebih ringan akan naik melalui rekahan di litosfer dan membeku di permukaan, membentuk mineral dan batuan. Komposisi magma dipengaruhi oleh komposisi batuan sumber dan modifikasi selama pembentukan. Magma membeku akibat kehilangan panas atau fase
Batuan sedimen terbentuk dari endapan sedimen yang mengalami proses kompaksi dan sementasi. Terdiri dari batuan klastik yang berasal dari erosi batuan lain, dan non-klastik yang berasal dari endapan kimiawi/biokimia. Memiliki ciri berlapis, mengandung fosil, dan terdiri dari fragmen butiran.
Laporan ini membahas tentang mineralogi dan petrologi di Yogyakarta. Batuan di Yogyakarta terdiri atas batuan beku seperti granit, batuan sedimen seperti batu pasir, dan batuan metamorf seperti milonit. Batuan-batuan tersebut terbentuk dari berbagai proses geologi dan memiliki beragam pemanfaatan.
Proses metamorfisme adalah perubahan batuan akibat tekanan dan panas yang tinggi. Hal ini mengakibatkan perubahan tekstur dan komposisi mineral batuan serta pembentukan batuan metamorf baru. Agen utama metamorfisme adalah panas, tekanan, dan larutan kimia. Proses ini dapat membentuk berbagai jenis batuan metamorf seperti batusabak, sekis, dan genes.
Alfonsus, Amelia, Florencia, dan Michael mendapatkan nilai XC yang bervariasi untuk mata pelajaran struktur dan macam-macam batuan. Batuan terbentuk dari proses pembekuan magma, sedimentasi, dan metamorfosa yang dipengaruhi tekanan dan suhu dalam kerak bumi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang batuan beku, termasuk definisi, proses pembentukan, dan klasifikasi batuan beku berdasarkan genetik dan komposisi kimia.
2. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, dan dapat diklasifikasi menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif berdasarkan tempat pembentukannya.
3. Klasifikasi lainny
PERUBAHAN LITOSFER DAN DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPANNaila N. K
Batuan merupakan penyusun utama litosfer yang terbentuk dari proses magma, sedimentasi, dan metamorfosa. Perubahan litosfer melalui aktivitas vulkanik dan tektonik membentuk berbagai fitur permukaan bumi seperti gunung berapi, pegunungan, danau.
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma baik di bawah maupun di atas permukaan bumi. Ada dua jenis batuan beku yaitu ekstrusif dan intrusif. Deret Bowen menjelaskan urutan terbentuknya mineral dalam batuan beku sesuai dengan penurunan suhu. Batuan beku diklasifikasi berdasarkan komposisi dan teksturnya.
Rangkuman utama proses pembentukan endapan adalah sebagai berikut:
- Endapan dapat terbentuk dari proses magmatik seperti kristalisasi magma, hidrotermal, dan lateral secretion.
- Proses eksternal seperti akumulasi mekanis, endapan sedimen, dan proses residu juga dapat membentuk endapan.
- Klasifikasi endapan didasarkan pada asal fluida pembawa bijih, assosiasi mineral, lingkungan pengendap
Teks tersebut membahas tentang petrologi batuan sedimen. Secara singkat, batuan sedimen terbentuk dari proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi partikel-partikel batuan lain. Proses-proses tersebut menghasilkan batuan sedimen yang berlapis-lapis dan bervariasi teksturnya, tergantung ukuran butir dan lingkungan pembentukannya.
1. Vulkanisme adalah aktivitas yang berkaitan dengan keluarnya magma dari dalam bumi melalui retakan kerak bumi atau terusan kepundan.
2. Ada tiga jenis material yang dihasilkan vulkanisme: padat (batu-batuan), cair (lava), dan gas. Jenis erupsi dan material yang dikeluarkan menentukan tipe gunung berapi.
3. Keberadaan gunung berapi dapat menimbulkan bencana langsung maupun tidak langsung
Dokumen tersebut membahas tentang batuan dan mineral. Ia menjelaskan tentang struktur lapisan bumi, sifat dan komposisi kerak bumi, pengertian mineral beserta sifat fisiknya, jenis batuan beku dan sedimen, serta proses pembentukannya.
1. BATUAN BEKU: STRUKTUR DAN TEKSTUR
PENDAHULUAN
Magma terbentuk dalam mantel dan kerak bawah (lower crust). Keluar ke permukaan karena memiliki
berat jenis lebih ringan (lebih tidak padat) or less denser dari batuan sekitarnya. Magma dapat
mengalami kritasilasi secara parsial (sebagian) ataupun secara keseluruhan pada kedalaman yang
bervariasi dalam kerak, atau dapat mengalami kristalisasi dekat permukaan bumi. Atau
secara sederhana produk dari kristalisasi magma adalah batuan beku. Ketika magma mendekati
permukaan dan berhenti kemudian, akan membentuk batuan volkanik. Sementara yang terbentuk di
kedalaman dan mengalami kristalisasi disana akan membentuk batuan plutonik.
Asal mula dari batuan dengan mengetahui proses kristalisasinya selama erupsi volkanik
berlangsung dapat mudah dipahami melalui hubungan-hubungan yang umum dijumpai. Sebagai
contoh geologist dapat memahami proses yang terjadi saat kristalisasi tanpa perlu harus mengamati
langsung bagaimana magma itu mengkristal membentuk batuan. Cukup dari data singkapan batuan
beku yang sudah terbentuk untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut. Tapi banyak pertanyaan akan
muncul. Bagaimana batuan beku ini dapat dikenali? Bagaimana membedakan satu jenis batuan
beku dan lainnya?? Dan bagaimana proses kristalisasi terjadi?
Jawaban untuk pertanyaaan ini dapat diperoleh melalui: (1) observasi lapangan dari hasil erupsi
volkanik yang telah ada (present is the key to the past), (2) pengamtan lapangan terhadap ciri yang
hadir dari batuan beku yang ada, (3) studi laboratorium terhadap mineralogi dan tekstur dari
batuan beku, (4) analisis kimia dari batuan beku, (5) studi laboratorium dari proses kimia dan
perilaku kristalisasi saat melt (kondisi leburan dimana seluruh fase kristal masih cair), (6) aplikasi
dari pemikiran induktif dan deduktif.
Batuan beku diketahui, dideskripsi, diberi nama, dan diklasifikasi berdasarakan struktur, tekstur,
dan komposisi. Komposisi termasuk kedalam komposisi mineral dan kimia. Tekstur adalah karakter fisik
dari batuan, termasuk ukuran, bentuk orientasi, dan distribusi dari butir dan hubungan antar butir.
Struktur adalah ciri (feature) yang hadir pada batuan, yang lebih besar dari grain, holes, fracture, atau
kesluruhan massa dari batuan. Tekstur dan struktur dari batuan beku berguna untuk membedakan
batuan beku dan batuan lainnya.
PENGENALAN BATUAN BEKU
Pengenalan batuan beku secara umum dimulai dilapangan. Terdapat struktur batuan yang dikenali
dilapangan dapat menjadi petunjuk proses petrogenesis. Juga dilapangan, lup digunakan
untuk mengamtai mineral dantekstru batuan. Setelahnya, studi laboratoriaum, termasuk pengamatan
mineral dan tekstur melalui analsis dengan mikroskop petrografi dan elektron, memudahkan
pemahaman yang lebih besar lagi untuk tiap jenis batuan yang diamati.
2. STRUKTUR BATUAN BEKU
Berdasarkan strukturnya batuan beku dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu tipe batuan beku
ekstrusif dan intrusif. Struktur ekstrusif dibentuk ketika magma dipaksa keluar ke permukaan. Struktur
intrusif merupakan struktur yang terbentuk dibawah permukaan.
STRUKTUR EKSTRUSIF
Struktur ekstrusif dibagi kedalam tiga kelompok utama: major, intermediet, dan minor (besar, sedang
kecil)- pengelompokan ini dibagi berdasarkan ukuran dari struktur ekstrusif yang hadir dilapangan.
Sebagai contoh untuk strukur yang major salah satunya dikenal ada lava plateu dan basaltic
plain, memiliki bentuk tabular dan mengandung poor-silica (miskin silaca karena basaltik) merupakan
batuan volkanik.
Lava plateu keterdaptannya sangat luas dan banyak dimuka bumi, umurnya pun sangat tua sekali
dari prekambrian sampai kenozoik. Contohnya di Parana Brazil berumur jurasik hingga kapur awal.
Lava plateu secara primer terdiri material hasil aliran lava, hasil solidifiasi masa dari fluida basaltik
yang mengalir melewati permukaan dan mengalami kristalisasi. Secaras khas, lava flow ini dipasok
oleh magma yang keluar ke permukaan melalui sistem rekahan yang hadir, mengalir cukup jauh, dan
terakumulasi membentuk layer gundukan magma. Hanya sedikit dari batuan piroklastik yang
berisi fragmen dari batuan volkanik terbentuk dari hasil erupsi eksplosif membentuk plateu seperti pada
lava plateu.
Adapun basaltic plain berbeda dengan plateu karena terbetnuk dari hasil unit aliran lava ganda yang
tererupsi dari satu (lubang erupsi), yang menutupi pusat erupsi (Greeley, 1982). Pusat ini
dinamakan shield cone, yaitu dataran yang berbentuk kerucut hasildari akumulasi lava yang
mengandung jumlah minor dari interlayer (lapisan lapisan) material piroklastik.
Menutupi area yang sama, namun memiliki volume yang lebih kecil dinamakan pyroclastic sheet.
Pyroclastic sheet adalah akumulasi dari material volkanik (piroklastik) kaya silika, atau material
piroklastik yang terlontar keluar hasil erupsi eksplosif. Partikel partikel pada endapanini dikenal
dengan ash falls terkadang dapat terjadi melalui proses aliran piroklastik (dikenal dengan nuee
ardentee)-hasil pergerakan awan panas yang sangat cepat. Masa batuan yang terbentuk dari hasil aliran
piroklastik ini dikenal dengan ignimbrite atau ash flow. Ignimbrit terdiri dari butiran halus (<2 mm)
dari material piroklastik yang disebut ash, yang cerah khas mengalami kompaksi karena berat material
yang berada diatasnya dan secara lokal kadang mengalami pemaanggangan (welded) akibat panas
yang hadir saat aliran. Pyroclastic sheet dapat hadir dalam satu unit unggal karena mengalami
pendingian pada satu waktu (single cooling unit) atau memiliki set unit ketebalan karena mengalami
sejarah pendinginan yang komplek (composite cooling unit).
Composite cone, atau stratovolkano, sesuai namanya berisi layer dari material piroklastik dan
lava. Memiliki lereng yang curam dan membentuk cone (kerucut) gunung api. Batuan yang mengisi
composite cone terdiri dari kelompok silica poor (basalt), batuan intermediet (contohnya andesit),
hingga batuan
3. tipe asam kaya silica (ryolith). Contoh endapanya diantaranya di cascade range California banyak
dijumpai di island arc.
Caldera merupakan depresi circular yang besar hasil dari erupsi yang diikuti dengan collapse dari suatu
struktur volcanic (Howell Williams, 1941). Uplift yang terjadi setelahnya di pusat dome dapat
terjadi, dan caldera tipe ini dikenal dengan resurgent caldera, contohnya di Crater lake, Oregon,
New mexico atau gunung Krakatau Indonesia. Adapun Crater (kawah) juga merupakan depresi, tapi
merpakan hasil dari aktivitas erupsi langusng dari suatu gunung api tapi namun tidak diikuti
dengan collaps. Dari ukurannya crater lebih kecil dari caldera, dengan radius kurang dari 1 km.
Pyroclastic cone, juga dikenal dengan istilah cinder cone, bentuknya lebih kecil, dan memiliki sayap yang
curam tersusun oleh sebagian besar piroklast (material piroklastik) dari berbagai ukuran, dengan atau
sedikit atau tanpa lava. Kerucut kecil ini berasosiasi dengan volkanik arc atau terisolasi, local volcanic
terrane.
Volcanic dome, lebih kecil, dengan struktur sayap yang curam seperti cangkir yang terbalik atau kerucut.
Terbentuk dari hasil intrusi, ekstrusi, atau keduanya dari magma yang bersifat siliceous dan
kental. Dome ini biasanya berasosiasi dengan gunung api utama.
Lava flow bentuknya tabular hingga lobate, dibagi dua untuk jenis lava basalt yangberada di
hotspot continental(contohnya di hawai) pahoehoe lava dan aa lava. Pahohoe cenderung lebih
bertekstur halus sedangkan aa lava lebih kasar. Dibawah flow surface, pendinginan yang terjadi secara
mendadak dapat membentuk struktur columnar joint.
Ketika lava keluar dan melewati batuan atau tanah hasil erosi maka akan membentuk suatu zona seperti
bata merah dari material teroksidasi yang dikenal dengan baked zone.
Fragmen aliran lava yang telah membeku seelumnya dapat lepas dan masuk ke dalam aliran lava
baru dan struktru ini dikenal dengan autolith. Sedangkan batuan asing yang masuk ke dalam sebagai
ingklusi disebut xenolith. Gas yang yang keluar bebas dari aliran lava akan meninggalkan lubang yang
disebut vesicle. Jika vesicle ini kemudian diisi oleh mineral sekunder seperti kuarsa, kalsit, atau
zeolit maka disebut amygdule. Inklusi, vesicle, atau butir mineral yang membentuk suatu arah yang
liniear searah denga liran lava memiliki struktur flow banding.
Magma terfragmentasi membentuk klastika volkanik (piroklastik) melewati beberapa proses
meliputi: (1) menurunya tekanan dalam magma ketika magma keluar, (2) separasi gas dari melt
(peleburan), (3) formasi dari gelembung (formation of bubble) dan (4) transformasi eksplosif dari bubbly
magma membentuk campuran fragmen gas yang tererupsi dari vent (Sugioka dan Brusik 1995;
Papale 1999). Material volkaniklastik, terfragmentasi saat erupsi, dinamakan pyroclast dan dibagi
kedalam tiga kelompok berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981). Mengingat bahwa abu (ash)
merupakan meterial yang sangat kecil < 2 mm. istilah lapili adalah pyroclast berukuran 2.0-64 mm
untuk diameternya. Bombs merupakan bagian yang masih cair sebagian pada saat transportasi dan
membentuk ukuran akumulasi yang lebih besar dari ash.
4. Sementara batuan yang terdiri dari block dinamakan breksi, hadir dalam kondisi telah padat (solid state)
sehingga terkadang telah terbentuk didalam dan terlontar keluar biasanya hasil gerusan country rock
(batuan volkanik samping yang sudah ada sebelumnya) ataupun dari hasil pembekuan magma
didalam yang ikut terlontar keluar.
Struktur Dimensi dan kisaran volume
Struktur mayor (besar)
Lava plateu dan basaltic plain
Pyroclastic sheet
(Sshhiieelldd cvoonlecano)
Composite cone
(stratovolcano)
Caldera
(termasuk cauldron)
Struktur intermediet (ukuran menengah)
Pyroclastic sheet
(single cooling unit)
Pyroclastic cone
(cinder cone)
Lava flow
Dome
Kawah (crater)
Lithopysae
Lava flow
Pressure ridge
Lava tube
Columnar joint
Flow banding
Tabel klasifikasi struktur pada batuan vokanik ekstrusif berdasarkan ukurannya
dilapangan. STRUKTUR INTRUSIF
Seperti halnya struktur ekstrusif struktur intrusif juga dibagi ke dalam struktur mayor, intermediet,
dan
minor. Pembagian ini juga sama berdasarkan dimensi dan persebarannya. Untuk struktur
pada kelompok intermediet samapi major seringkali dsebut dengan istilah pluton (tubuh raksasa
batuan intrusi plutonik), oleh karenanya batuan intrusif seringkali disebut sebagai batuan plutonik.
Dan seringkali secara khas berasosiasi dengan batuan bertekstur ‘granitik’.
Batholith dan lopolith merupakan dua jenis struktur intrusif yang paling besar, dapat mencapai 100 km2
luasnya. Semetnara batuan plutonik dengan luas tubuh kurang dari 100 km2 dinamakan stock.
5. Pada literatur terdahulu, batholith seringkali digambarkan memiliki tepi yang curam, tubuh
silinder dengan kedalaman yang cukup dalam. Dan tidak memiliki dasar. Sementara penelitian terbaru
menggambarkan batholith itu merupakan tubuh intrusi berbentuk lensa raksasa. Tapi apapun
bentuknya batolith tetap merupakan jenis intrusi plutonik paling besar.
Terlepas dari perdebatan ukuran dan bentuk batolith dan stock Buddington (1959) memberikan
klasifikasi mengenai pluton berdasarkan kedalaman keterbentukannya. Yaitu Epizonal
(shallow),
mesozonal (intermediet), dan Catazonal (deep).
feature
Depth of emplacement
(km)
Field criteria
contacts
Homogenity of body
Roof pendants
foliation
Association with
volcanic rocks
Local deformation at
contact
Size of pluton
Contact metamorphism
Chilled margin
Associated dikes
Miarolitic cavities
Asociated migmatites
Interpretive criteria
Surrounding
metamorphic facies
Temperature in country
rocks (°C)
Typical age
Epizonal kehadirannya cenderung konkordant (memotong batuan disekitarnya), sementara
catazonal cenderung sejajar dan melensa dan mesozonal dapat bervariasi. Jika terjadi kontak dari pluton
epizonal akan membentuk pola chilled margin (atau tepi yang bertekstur halus akibat pendinginan
yang terjadi sat kontak batuan pluton dan batuan tepi yang lebih dingin). Sementara pada catazonal hal
ini jarang terjadi karena terbentuk dikondisi yang dalam dan temperatur dan tekanan yang besarnya
sama dengan batuan samping. Istilah struktur roof pendant merupakan massa batuan yang
menggantung diatas
6. pluton (batuan ini merupakan batuan samping yang menjadi atap (roof) dari pluton) saat erosi terjadi
batuan roof ini masih tersisa dan membentuk struktur roof pendant ini.
Struktur miarolitic cavity merupakan suatu rongga dalam batuan yang terisi pertumbuhan mineral lain.
Biasanya hadir dalam batuan ekstrusif dekat permukaan dalam hal ini untuk kasus intrusif tentu
epizonal lah yang paling mungkin banyak kehadiran struktur ini sementara pada catazonal jarang.
Biasanya miarolitic cavity ini lebih cenderng ke tekstur daripada struktur.
Untuk struktur struktur berbentuk alignment (kelurusan) atau fabric mengacu kepada suatu
struktur yang terjadi akibat adanya kelurusan-kelurusan susunan komponen mineral atau batuan.
Kelurusan dari xenolith yang terbentuk pada suatu pluton dan membentuk pola arch (melengkung)
maka disebut schlieren dome dan arch. Biasanya banyak pada mesozonal pluton.
Lopolith merupakan struktur tubh batuan beku intrusif dengan bentuk atap yang melengkung (cekung).
Meskipun struktur ini tidak umum dijumpai tapi merekamenarik diplajari khususnya untuk
komposisi batuan yang basa dan ultrabasa karena alasan ekonomis (entah apa yah).
Laccolith, phacolith, dan sill merupakan struktur konkordan (sejajar dengan lapisan batuan)
dengan ukuran yang sedang. Laccolith lebih pendek dan lebih tebal dari sill dan memiliki cembungan
yang lebih menjorok keatas mendorong layer diatasnya. Phacolith merupakan intrusi yang lenticular
(membentuk lensa) yang berada pada sumbu lipatan (Gilbert 1980). Dike merupakan (pluton berbentuk
tabular) yang memanjang dari atas ke bawah, Gilbert menginterpretasuikannya sebagai asal muasal
magma pembawa laccolith, namun saat ini pernyataan ini masih kontroversi dan pelru bukti lanjut.
Dike merupakan tipe intrusi dikordan. Hadir dalam berbagai bentuk dan komposisi dan dapat simple
(terbentuk dari satu kali intrusi), multiple (dua kali intrusi), atau composite (beberapa kali intrusi dengan
tipe magmayang berbeda).
Ring dike dan cone sheet merupakan jenis dike yang khas. Ring dike seringkali berukuran besar dan
vertikal dan memiliki bentuk silinder. Dike ini, berada diatas dapur magma, umumnya berasosiasi
dengan cauldron collapse.
Dike menjadi conduit (saluran) bagi migrasi magma ke permukaan. Erosi yang terjadi akan membentuk
volcanic neck. Funnel merupakan tubuh batuan plutonik padat yang membentuk layering dengan dip ke
dalam, hampir mirip seperti cone sheet. Cupole merupakan kenampakan menyerupai stock dari batuan
plutonik yang terpisah dari batuan plutonik yang lebih besar oleh country rock dan dipercaya
masih memiliki hubungan (masih nyambung sama) dengan batuan plutonik yang lebih besar.
Schlieren (juga dikenal dengan layer aliran) merupakan bentuk tubuh intrusi tabular, tersebar,
memiliki konsentrasi mineral tertentu yang membentuk disk (lengkung seperti disk) dalam massa
batuan beku (balk, 1937), namun batasnyanya juga tersebar, schlieran dapat terlihat akibat
konsentrasi dari mineral lebih melimpah dalam mengisi bentuk disknya itu. Ketika magma bergerak
schlieren terorientasi memanjang paralel denganaliran, khsusunya ketika terkonsentrasi dekat dengan
batas pluton.
7. Struktur yang lebih kecil termasuk variasi dalam tabel dibawah ini. Struktur apophysis bentuknya
pendek, dike yang tidak teratur yang meluas dari puton margin ke country rock (batuan samping yang
diterobos). Vein, merupakan struktur yang ada pada batuan yang telah mengalami retakan akibat
deformasi dan terisi mineral (fracture filling). Istilah xenolith dan autolith mengacu kepada inklusi
batuan dalam batuan. Dimana xenolith merupakan tubh kecil dari material yang dijumpai dalam batuan
plutonik (terkadang dikenal juga dengan accidental inclusions). Adapun autolith terkadang disebut
cognate inclusion (inklusi seasal) yaitu terbentuk ketika suatu magma tersolidifikasi namun kemudian
runtuh sebagian tubuhnya masuk ke cairan magma yang belum mengalami kristalisasi dan jika
tidak melebur terbentuklah autolith.
Foliasi, lineasi, dan layering merupakan struktur yang dapat mencirikan batuan pada beberapa
tubuh intrusi. Foliasi merupakan suatu struktur planar yang dapat membentuk karakter akumulasi
mineral menyerupai daun yang terbentuk dari hasil aliran, kompaksi, atau deformasi yang menjadi
fungsi dari keluiusan paralel yang dibentuk baik mendatar (seperti lembaran) maupun menjarum
(acicular). (Peerson et al 1998). Lineasi merupakan ciri yang hadir dari kelurusan paralel dari mienral
lurus yang memotohng ciri planar yang ada.
Layer juga hadir dalam batuan beku layer ini bentuknya berlembar membentuk distribusi
komposisi mineral, tekstrut, atau keduanya (irvine 1982). Secara khas layer berkembang pada magma
silika rendah saat pendinginan terjadi dan tingkat kristalisasi yang cukup lambat memungkinkan krstal
tenggelam atau mengembang pada cairan sisa. Ciri layering yang tidak berhubungan dengan intrusi
dinamakan bands (Itvine 1982). Berbagai jenis dari batuan beku, termasuk flow band dalam batuan
volkanik dan beberapa orbicular dan comb-layer structre dalam batuan plutonik.
Major
Batolith Lopolith
Stock Roof pendant
Intermediet
Stock Sill
Dike Laccolith
Cone sheet Phacolith
Pipe (neck, vent) Bysmalith
Funnel Roof pendant
Cupola Schlieren dome/arch
Minor
Dike Schilieren
Apophysis Xenolith
Vein Autolith
Sill Layering
foliation lineation
8. TEKSTUR BATUAN BEKU
Magma adalah larutan kompleks, karena menurunnya temperatur, perubahan tekanan, atau perubahan
komposisi, larutan ini akan mengkristalisasi, atau membeku dengan cepat tanpa membentuk
kristal. Produk akhir dari kristalissasi atau solidifikasi adalah batuan yang terdiri dari interlocking
crystals (kristal-kristal yang saling mengunci satu sama lain) yang dikelilingi oleh atau tanpa gelas. Jika
magma terfragmentasi melalui erupsi ekslosif gas akan dibebaskan bersama, kristal, gelas, dan
batuan dapat terakumulasi dan terlitifiakasi membentuk batuan. Apapun sejarahnya material2 erupsi
dapat berupa: gelas, kristal, fragmen gelas, kristal , atau batuan. Karakteristik dan hubungan dari
material ini dapat berupa: hubungan ukuran butir, bentuk butir, orientasi butir, hubungan batas butir
(kontak butir), dan kristalinitas batuan- dan semua hubungan-hubungan ini dikenal dengan tekstur
batuan.
Batuan beku dengan susunan butir berupa interlocking crystal memiliki tekstur kristalin, sementara yang
tersusun dari fragmen klastik atau lebih khusus lagi akan membentuk tekstur piroklastik (maka dikenal
sebagai batuan piroklastik meski sumbernya sama dengan batuan beku). Kristalinitas dan dominasi
ukuran butir dalam batuan beku secara tekstrual dibagi menjadi: holokristalin (semua butir tersusun dari
kristal), tekstur holohyalin dimana semuanya tersusun dari gelas. Dan tekstur kombinasi
antara keduanya dikenal dengan tekstur hipokristalin. Sementara dari ukuran butirnya dikenal tekstur
afanitik untuk akumulasi butir penyusun yang halus dan faneritik untuk akumulasi butir yang kasar,
sementara kombinasi keduanya dikenal dengan tekstur porfiritik.
Sementara untuk ukuran butir yang sangat kasar dikenal tekstur pegmatitik (>3 cm), terkadang banyak
dijumpai pada batuan siliceous (granitioid) (pluton yang sangat asam sekali). Istilah fenokris ditujukan
kepada butir mineral yang besar dan groundmass untuk butir kecil (matrik) yang mengelilinginya
pada batuan beku.
Batuan volkanik yang miskin fenokris dapat disebut memiliki tekstur aphyric sementara yang kaya
fenokris bertekstur phyric. Pada tekstru mikroskopis, baik fenokris amupun groundmass
sifatnya afanitik. Jika fenokrisnya faneritik namun groundmassnya afanitik maka teksturnya disebut
afanitik- porfiritik. Jika kedua groundmass dan fenokris sifatnya faneritik (besar dan mudah
diidentifikasi keduanya) maka teksturnya disebut faneritik-porfiritik.
Bentuk kristal juga memiliki istilah deskriptif dan tekstur tersendiri seperti tekstur idiomorfphic-granular
dimana dominasi butir kristal penyusunnya adalah euhedral. Hipidiomorfik dominan disusun oleh kristal
subhedral. Dan alotriomorfik granular adalah istilah tekstur batuan yang disusun oleh dominan
kristal anhedral.
Sementara tekstur dengan bentuk akumulasi kristal khusus, orientasi tertentu, dan interelasi, atau ciri
internal memiliki nama tersendiri.
Dalam banyak kasus, pengamatan detil dari tekstur volkanik tidak dapat diamati tanpa bantuan
mikroskop. Beberapa tekstur volkanik seperti: sferulitik, votrofirik, intersertal, intergranular,
subofitik, dan ofitik merupakan tekstur tekstur yang dapat diamati dibawah mikroskop. Tekstur
vitrofirik merupakan tekstur yang hadir berupa fenokris yang tertanam dalam glassy groundmass
(groundmass
9. gelas). Pada batuan porfiritik dimana plagioklas menjadi jumlah yang dominan dari batuan,
dengan sisanya berupa gelas dan kristal kecil darei material lain maka dinamakan bertekstur
intersertal. Jika feldspar feldspar ini memiliki lineasi (kelurusan) tertentu maka dikenal dengan tekstru
trachytic. Tekstru intergranular merupakan tekstru holokristalin yang mana terdapat butir augit dalam
mineral lain yang hadir mengisi celah dari plagioklas misalnya. Pada tekstru supopfitik, augit dan
plagioklas memiliki ukuran yang sama, dengan augit meliputi sebagian dari plagioklas, pada
tekstur ofitik piroksen memperluas ukuran dari plagioklas, sehingga banyak latice (kisi) lplagioklas
menutupi utiran piroksen.
Lepasnya gas dari magma mendekati permukaan dan tererupsi membentuk tekstur dan struktur
yang unik. Jika gas-gas yang keluar ini meninggalkan jejak berupa rongga maka dinamakan
bertekstru vesikular.. dan bila rongga ini terisi mineral maka dikenal tekstur/struktur
amigdaloidal. Tekstur pumiceous merupakan tekstur pada batuapung (pumice) dimana batuan ringan
yang ikut terbawa gas yang mencoba bebas melalui rongga batuan volkanik.
Tekstrur poikilitik merupakan kristal besar (oikocryst) yang secara tidak teratur mentupi kristal kecil atu
mineral lain. Tekstru ini khas pada batuan plutonik biasanya granit. Tekstur ofitik, dijumapi pada batuan
plutonik dan volkanik, merupakan salah satu tipe tipe dari tekstur poikilitik. Tekstru grafik merupakan
tekstru yang sama dengan poikilitik dimana butiran yang lebih besar mentupi bturan kecil, yang
hadir dalam batuan granitoid pegmatitik, terdiri dari kristal yang besar dari alkali feldspar.
Jika terdapat tekstur kuarsa yang tumbuh didalam sodic plagioklas maka teksturnya dikenal
dengan myrmektic. Tekstru yang sama juga ada berupa feldspar dalam alkali feldspar dikenal dengan
graphyric. Baik grafirik maupun myrmektik keduanya merupakan jenis tekstur dari symplectic,
merupakan istilah tekstur yang umum dijumpai berupa wormy (seperti cacing) atau pertumbuhan
yang tidak teratur dari satu mineral dalam inieral lain. Tekstru serate merupakan suatu tekstru
yang terdiri dari butiran berbagai ukuran, yang menggradasi satu sama lain
Tekstur dalam batuan plutonik bersilika rendah (< 53% SiO2) termasuk ophitic, subophitic, diabasic, dan
berbagai tekstur kumulasi. Tekstru diabasik merupakan serti tiga tekstur dari ofitik, subofitik dan
diabasik. Pada tekstur diabasik dimana buriran kasar dari plagioklas kisinya diisi oleh augit atau
mineral lain berbutir kecil. Tekstur kumulat merupakan tekstur yang ada dalam batuan beku yang
mencirikan framework kristal mineral bersentuhan satu sama lain. Material yang terakumulasi ini
terkadang terpanggang oleh postcumulus material atau cairan magma yang datang terakhir dan mengisi
akumulasi mineral yang sudah ada.
Tekstur lainnya dijumpai pada batuan plutonik seperti zoning dalam satu butir. Yang paling umum adala
tekstur zoning. Banyak mineral seperti plagioklas, klinopiroksen, dan garnet memioliki zoning, tekstru
corona (reaction rim)merupakan tekstru reaksi antar suatu mineral dengan cairan tepi yang kontak
dengannya. Jika suatu mineral tumbuh diantara yang lainnya maka tekstur/strukturnya dikenal
dengan epitaxial. Tekstru rapikivi, merupakan jenis tekstru pada batuan granitoid, merupakan
tekstru yang dicirikan oleh butiran alkali feldspar yang ditutupi tepinya oleh plagioklas.
10. ASAL MULA TEKSTUR PADA BATUAN BEKU
Karena batuan beku terbentuk dari magma, tekstur pada batuan beku dikontrol oleh proses yang terjadi
selama proses kristalisasi dari saat melt. Diagram fase digunakan untuk menunjukan jenis-jenis mineral
(fase) yang muncul selama proses kristalisasi. Proses proses ini adalah proses kimia dan fisika.
Ketika material mendingin akan melewati tiga tahapan: 1. Tahap dimana seluruh material dalam kondisi
melt (melebur/ fase cair), 2. Tahap dimanan kristal dan melt (larutan magma/fase cair tadi) hadir
bersama, 3. Tahap dimana semua material telah padat (solid). Pada diagram sistem albit-anortit
terdapat dua separasi fase yaitu fase dimana semuanya masih berupa liquid (melt) dan zona pada
diagramnya dinamakan liquidus, fase semua mineral telah terbentuk (plagioklas) dinamakan fase
solidus, dan zona antara campuran kristal dan melt.
Proses yang paling utama yang akanmembentuk struktur kristal dikenal dengan nucleation (nukleasi)
proses ini melibatkan perilaku ikatan atomtertentu yang akan membentuk struktur dari kristal.
Fase liquid lebih dianggap sebagai ketidak beraturan dari suatu fase padat, dan nuclei
(pembentuk dari nukleasi) dibentuk dan dihancurkan secara konstan melalui pergerakan acak dari
atom dalam liquid. Kristalisasi dari melt, nukleasilah yang akan mengawali dari semua proses
pembentukan kristal, karena ketika suatu struktur dari hasil proses nukleasi ini terbentuk maka energi
yang dibutuhkan akan semakin kecil karena permukaan untuk nukelasi baru telah terbentuk. Sejarah
dan dinamki proses kristalisasi dari batuan dapat diketahui lebih lanjut melalui analisis CSD (Crystal Size
Distribution) (Marsh 1988). Dimana kristalisasi akan menggambarkan perpindahan energi dari energi
tinggi ke rendah.
Dimanapun struktur permukaan telah dibentuk dan akan ada energi yang berinteraksi
dengan permukaan tersebut dikenal dengan surface-free energy. Untuk membentuk krsital, energi
harus digunakan untuk membentuk batas permukaan baru. Seperti biasa nuclei akan dibentuk lebih
dahulu terus bernucleasi membentuk nuclei yang lain dan nucleasi terus berlanjut hingga
antar nuclei membentuk struktur permukaan baru yang lebih kuat. Nucleasi yang terjadi dapat
bersifat homogen, dimana nuclei tumbuh spontan dalam melt, dan memerlukan energi yang besar
sedangkan nukleasi jenis lain dikenal dengan nukleasi heterogen dimana ada pengotor lain yang mengisi
struktur permukaan yang sudah ada sebelumnya dan memerlukan energi yang lebih rendah karena
tidak memerulukan energi untuk menciptakan permukaan baru.
Nukleasi dikontrol oleh komposisi dari melt, struktur melt, temperatur melt, dan cooling rate. Untuk
komposisi dari melt contohnya olivin tidak akan terbentuk dalam melt yang tidak mengandung Fe
atau Mg).
Struktur dari melt berhubugan dengan kimia dari melt, hingga tempertur maksimum melt
akan terbentuk (masih dalam fase cair) jika struktur melt menyisakan krstal, pertumbuhan kristal
akan semakin mudah, terjadi karena nukleasi heterogen. Masuknya gelas silika murni akan
membentuk jaringan omplek dari tetraherdar SiO4. Pertambahan berbagai ion ke dalam melt (sperti
OH, Ca, Mg) akan merusak struktur ini. Sama juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak
struktur dari nuclei dalam cairan. Berkurangnnya kemungkinan menahan tetap terjadinya nukelasi
heterogen, Lofgren (1983) berpendapat bahwa nuclei kristal yang melt pada temperatur lebih
rendah dapat terbentuk
11. dalam melt dari mineral dengan temperatur melting tinggi. Karenanya, dia menyarankan bahwa nukleasi
heterogen dapat menjadi faktor dominan pembentuk tekstur batuan beku. Rupanya, jumlah waktu dari
melt akan mempengaruhi berapa banyak nuclei yang dapat dirusak secara teoritis, jika nuclei
dirusak, nukleasi homogen akan menjadi sangat penting dalam perkembangan tekstur. Pada
kenyataannya, nuclei sisa dari melt yang disebutkan Lofgren (1983) dan Marh (1998) atau jika tubuh
magma mujlai mengkristal pada tepinya (melalui nucleasi heterogen di dinding, bawah, atau atap),
maka nukleasi heterogen menjadi pengontrol proses keterbentukan tekstur. Suatu waktu beberapa
kristal telah terbentuk, nukleasi heterogen juga dapat hadir pada tepi kristal yang sudah lebih dulu
terbentuk, khususnya jika saturasi lokal dari rekasi kimia komponen tertentu terjadi dekat dengan
kristal.
Ketika suatu nuclei terbetntuk, pertumbuhan kristal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Komposisi melt, 2. Jenis dan densitas dari kehadiran nuclei, 3. Temperatur dari melt ketika kristalisasi
dimulai (dapat saja bukan temperatur likuidus), 4. Cooling rate, 5. Difusi spesies kimia melalui melt, 6.
Rekasi yang terjadi antara muka kristal dan cairan melt, 7. Heat flow pada daerah tempat tumbuhnya
kristal. Ingat bahwa tekstur2 ini diamati berdasarkan ukuran, bentuk (morfologi), orientasi
dan hubungan batas dari kristal dan kristalinitas dari seluruh batuan. Yang mana tiap faktor ini
menentukan karakter masing-masing.
Kristalinitas ditentukan oleh komposisi dan faktor temperatur (1,3,4). Magma kaya silika (ryolitik,
granitik) cenderung akan lebih viskous (kental), dan lebih tebal (seperti madu yang lebih tebal dari air),
viskositas yang tinggi akan mengurangi kemampuan atom untuk bermigrasi saat melt, atau berdifusi, ke
dalam nucleous atau menumbuhkan kristal. Magma silika rendah (basal, gabbro) memiliki
viskositas lebih rendah, memudahkan tingkat difusi yang lebih besar. Sama halnya dengan, tingkat
pendingingan yang tinggi juga tetap tidak memudahkan material bermigrasi membentuk nuclei atau
menumbuhkan muka kristal. Faktanya, melting dapat mendingin sangat cepat membentuk material
padat (gelas).
Viskositas tinggi dan pendinginan yang cepat berkombinasi memebentuk erupsi magma silka
tinggi untuk membentuk tekstur gelas (glassy texture) pada batuan volkanik dan produknya dikenal
dengan obsidian.
Kebanyakan obsidian, dibandingkan gelas pada umumnya terdiri dari mikrolite, atau kristal kristal yang
sangat kecil dalam matrik gelas. Sama dengan tekstur hipokristalin hadir dalam batuan volkanik
yang lain, sebagai tekstur porfiritik. Kehadiran tekstur dalam ukuran butir yang bervariasi tidak
lepas dari perhatian terhadap faktor faktor yang mengontrol ukuran butirnya (Marsh 1998).
Hypokristalin dan tekstur porfiritik yang lain memiliki atribut sejarah pendinginan dua tahap.
Pertama akan membentuk fenokris, diikuti dengan pendinginan yang membentuk groundmass tentu
saja dengan suhu yang leibih rendah dan penurunan temperatur yang lebih cepat.
Mengeneralisasi kurva densitas nukleasi ditunjkan oleh gambar 2.25 merupakan faktor yang
penting dalam pertumbuhan kristal konsep undercooling(faktor 3). Mungkin saja melt mendingin
dibawah temperatur liquidus. Kristal mulai terbentuk, setelah masa inkubasi, karena kesetimbangan
distabilkan lagi. Perbedaan temperatur antara temperatur kristalisasi dan temperatur likuiuds
dinamakan undercooling (atau terkadang juga disebut supercooling) dan dintunjukan dengan simbul ΔT
(T liquidus-T
12. crystal growth). Pada gambar 2.25a pendinginan melt menuju ΔT1 akan secara relatif
menurunkan densitas nukleasi (jumlah nuclei/unit volume) (garis putus putus). Karena tingkat
pertumbuhan dari bebrapa krstal akan cepat dan menjadi besar. Dan hasilnya berupa tekstur
pegmatitik.seperti pada contoh kedua, anggap melt mendingin dari ΔT2, pada ΔT2 akan
membentuk tinggakat pertumbuhan yang besar sampai menengah (hipidiomorfik granular, medium-fine
grainde texture). Pada kondisi undercooled ΔT3 akan membentuk densitas nuklei yang tinggi namun
growth ratenya rendah. Hasil dari tekstur akan bersifat afantitik atau fine grained.
Sebagaimana conto yang ditunjukan pada paragraf awal dair bagian ini, mengenali ukuran dari
kristal yang terbentuk bukan emrupakan fngsi dari tingkat pendinginan sebagaimana sering dianggap
demikian. Tapi tingkat nukleasi, densitasnya, memegang kontrol paling dominan (Swanson 1977).
Meskipun pendinginan yanglambat pada kedalaman dapat menghasilkan kristal yang besar,
kombinasi dari densitas nukleasi yang rendah (misalnya <1000 nuclei per cm3) dan pertumbuhan
kristal yang tinggi (3 mm sampai 19 m/ day) dapat menghasilkan formasi kristal yang besar. Beberapa
kristal dapat terbentuk pada periode ang singkat. Beberapa pegmatiti, faktanya, memiliki morfologi yang
menunjukan pertumbuhan yang sangat cepat.
Secara eksperimental Swanson (1977) telah membuat kurva yang menghubngkan pertumbuhan
kristal dengan densitas nukleasi antara beberapa mineral (kuarsa, plagioklas, dan alkali feldspar).
Perhatikan kurvanya pada suhu 120°C akan membentuk tekstur porfiritik selama satu tahap proses
pendinginan. Untuk alkali felkspar pada ΔT, densitas nukleasi relatif rendah tapi
pertumbuhannya tinggi dan membentuk kristal yang besar. Pada plagioklas baik growth ratenya
maupun densitas nukleasi adalah sedang, sehingga ukuran kristalnya akan berkembang dalam
ukuran sedang. Dan kristal kuarsa yang kecil juga akan terbentuk pada waktu yang sama. Batuan
yang akan dihasilkan akan memilki bentuk yang fenokris berupa alkali feldspar dengan matrik berupa
plagioklas dan kuarsa.
Dapat disimpulkan bahwa, berbagai jenis cooling rates, densitas nuleasi, dan growth rate, dan
collin ghistory dapat menghasilkan berbagai jenis ukuran butir, umumnya,, tiap jeis butir hadir hadir
dalam berbagai ukuran. Pada batuan dengan ukuran butir yang besar, butir yang dihasilkan akan
panjang, pendinginan yang lambat dan kristalisasi atau dari rapid growth dari beberapa nuclei pada saat
undercooling yang kecil. Tekstur porfiritik dapat terbentuk dari sejarah kristalisasi single atau
multistage.
Pengaruh dari komposisi terhadap morfologi yang dihasilkan tidak terlalu banyak tqapi Lofgren
dan Donaldson (1975) mengajukan bahwa cooling rate yang tetap, akanmerubah komposisi dari melt
dari poor silica (gabbroic) ke hihg silica (granitic) menyebabkan perubhan dari bentuk kristalyang
tabular menjadi bercabang (tabular ke brancing). Penelitian mereka juga mendemonstrasikans
pengaruh dari cooling rate. Cooling rate yang rendah membentuk kristal yang tabular, sama
halnya dengan undercooling yang kecil. Dengan meningkatnya cooling rate, morfologi bervariasi
dari memanjang hingga agak bercabang sampai membentuk bentuk yang benar benar bercabang
(Lofgren 1983) membentuk range tekstur basal dari spherulitik hingga ophitic, karena densitas dan jenis
lokasi nukleasi heterogen, dan dia juga berargumen (1980m 1983) bahwa fenomena nukleasi merupakan
faktor kritis dalam perkembangan tekstur.
13. Range dari tekstur batuan beku sangat bergantung dari variasi hubungan nukleasi dan
pertumbuhan kristal, sebagai konsekuensi dari pemahaman tekstur memerlukan penelitian yang
dikombinasikan proses kristalisasi.